Rabu, 26 Maret 2008

BACALAH DENGAN MENYEBUT NAMA TUHANMU

1. Bacalah... Fenomena Alam Ini!

“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, . Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (QS 96 [Al 'Alaq]: 3-4)

Penggalan ayat Al Quran yang diwahyukan kepada kekasih-Nya Muhammad di Gua Hira di atas, seakan menyentak kita sebagai umat manusia! Baik yang durhaka maupun yang taat menghamba kepada Tuhan sang Maha Pencipta, Tuhan yang Maha Bijaksana.

Renungkanlah!

Betapa Allah SWT menurunkan perintah membaca untuk yang pertama kalinya kepada umat manusia. Jelaslah ada pesan yang ingin disampaikan Sang Maha Kuasa kepada umat manusia bahwa membaca itu sangat penting dilakukan oleh umat manusia sama ada ia beriman atau pun kafir pasti mengakui hal ini, benar bukan? Tapi adakah kitab suci selain Al Quran yang secara jelas dan tegas, bahkan pada ayat pertama kali turun kepada nabi-Nya dengan perintah BACALAH!! JIka kamu hendak sukses bacalah!!!

Tentu saja hal itu sudah terbukti. Bagaimana tidak sejumlah tokoh dunia termasyur dimanapun mengakui kesuksesannya disebabkan karena membaca Sebut saja Muhammad Natsir Hamka Presiden pertama RI Soekarno atau tokoh dunia lainnya seperti Perdana Menteri Inggris Margareth Teacher , hingga alamrhum Buya Hamka.

Lalu pertanyaannya adalah, Bagaimana menerapkan budaya membaca di tengah-tengah keluarga terutama anak-anak ?

Diperlukan suatu motivasi dan upaya-upaya menumbuhkan budaya membaca, buka saja di sekolah tetapi juga di rumah. Ketidak gemaran membaca bangsa kta disinyalir menjadi biang rendahnya sumber daya manusia. Bukankah membaca itu pelita hati, bukankah membaca penerang hati dan bukankah membaca penambah wawasan diri.

Dengan membaca, kita dapat memetik pengalaman orang lain, mengtahui dunia lain, dan menambah pengetahuan lain secara murah, praktis dan mengasikkan.

Bacalah dengan nama Tuhanmu demikian ayat pertama yang turun dari Allah SWT kepada Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kebiasaan membaca bagi umat manusia. Untuk menumbuhkan minat baca, kita dapat memetik pengalaman H. Sampurno, MBA Kepala Badan POM salah satu tokoh yang mampu meraih kesuksesan lewat membaca menyatakan kebiasaan membaca harus diterapkan orang tua kepada anak-anak sejak usia dini.

Menurut H. Sampurno awalnya membiasakan diri membaca sangat sulit dilakukan namun setelah terbiasa kebiasaan membaca itu menjadi kebutuhan Tetapi membaca bisa menjadi kebutuhan jika tidak kita merasakan hasilnya. Tokoh satu ini mengakui saat menghadapi persoalan sulit ia seolah-seolah mendapat intuisi cepat menggali menganalisa serta mencari alternati-alternatif solusi. Semua itu ternyata merupakan hasil endapan proses panjang dari kebiasaan membaca sehingga membaca buku itu menjadi guru dan referensi solusi persoalan kehidupan.

Penulis sendiri mengamal membca semenjak kelas IV SD. Hingga sekarang tiada sehari pun dilalui penulis tanpa membaca. Jadi membaca adalah menjadi kebutuhan penulis. Suatu kenikmatan yang tidka tidak terhingga jika ada buku bacaan yang menarik. Dan penulis sendiri tidak membatasi jenis buku yang dibaca. Baiuk buku fikih, pemerintahan, politik, manajemen, sains, buku kristiolog dan sebaginya . Bahkan buku anak SD pun tetap dibaca penulis. Dengan membaca ada kepuasan bathin yang hanya dapat terpenuhi dnegan membaca.

Diakui atau tidak keberhasilan kita membina dan mengelola alam semesta ini karena proses panjang MEMBACA itu.

Tapi sayangnya kita kadang bukan saja ingkar kepada Tuhan tetapi justru menjadi makhluk yang paling durhaka kepada Allah. Kedurhakaan kita melebihi “Maling Kundang” anak durhaka yang tidak mengakui ibunya yang sudah tua renta yang telah melahirkan dan menyusuinya selama 2 tahun.

(Foto: Penulis (Drs. Dyayadi, M.T dengan Koleksi

Perpustakaan Pribadi)

Tidak ada komentar: